Keindahan Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon

Mungkin sudah suratan nasib. Bang Emmet sering jalan-jalan atau tepatnya, disuruh pergi ke berbagai tempat di beberapa belahan dunia. Memang nggak pergi sampai ke ujung dunia sih. Tapi ironisnya, ke ujung pulau tempat Bang Emmet tinggal saja, Bang Emmet belum pernah.

Nah, akhirnya beberapa waktu lalu, saat Bang Emmet ada kesempatan, Bang Emmet ajak Nyonyah Emmet dan Bocah Emmet main-main ke Ujung Kulon, tepatnya ke Pulau Peucang.
Sebagi informasi, Pulau Peucang ini merupakan salah satu pulau yang ada di selat Panaitan, Pandeglang, Banten. Ia merupakan bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon, dan letaknya ada di sebelah timur Taman Nasional. Pulau ini juga merupakan situs warisan dunia UNESCO bersama dua pulau lain di kawasan TNUK.


Untuk menuju ke Pulau ini, kita bisa berkendara sampai ke kecamatan Sumur, yang merupakan kawasan penyangga taman nasional ujung kulon.


Dari sana, kita naik boat selama sekitar 3 jam langsung menuju ke pulau Peucang. Biasanya, berangkatnya lepas subuh dan kita sampai di sana sekitar jam 9 pagi, saat pantai sudah siap dinikmati.


Setelah perahu ditambatkan, bagaikan hati yang menemukan tambatannya, halah. Kita bisa langsung turun ke dermaga dan menyimpan barang-barang kita di resort alias penginapan yang bentuknya seperti barak atau kamar kost. Buat yang ingin lebih private, ada juga sih, penginapan yang berbentuk cottage yang agak terpisah dari perkampungan barak.


Nah, ini pantai Pulau Peucang. Seriusan, pasirnya putih, lembut dan airnya pun bening banget. Buat berenang anak-anak, enak banget. Ombaknya pun kecil, jadi aman. Asal jangan keterusan jauh sampai ke tengah ya.





Oke, kembali ke pulaunya, Pulau Peucang ini memang sudah disiapkan sebagai sebuah resort untuk liburan melepas lelah. Fasilitas sudah cukup lengkap. Restoran untuk menikmati ikan bakar yang khas, penginapan yang berupa barak ataupun cottage sampai mushalla pun tersedia. Meski kecil, tapi mushalla-nya cukup nyaman.



Nah, ini penginapan yang berbentuk cottage-nya. Ia sedikit terpisah namun lokasinya lebih dekat ke pantai. Cocok yang menginap bersama keluarga, atau yang baru mulai berkeluarga. Ramai-ramai sih, enakan di barak. Tapi yaa boleh juga kalau menyewa lebih dari satu cottage itu.



Nah, kalau yang di perkampungan ini, selain banyak dihuni manusia, kera dan hewan liar lainnya pun tak malu-malu mendekat. Rusa, babi hutan pun kadang datang untuk sekadar mencari makanan yang tersisa. Kasihan sih, mereka kelaparan.




Tapi Bang Emmet punya pengalaman menyebalkan dengan monyet liar di Pulau Peucang. Mereka ternyata mengincar siapapun yang membawa kantong kresek. Dan apesnya, Bang Emmet baru tahu soal ini setelah kejadian dan diberi tahu warga setempat.


Keresek Bang Emmet dirampas, sobek dan isinya berhamburan di pasir. Sialnya, si monyet itu nggak minat mengambil chiki-chiki yang Bang Emmet beli di minimarket sebelum naik kapal. Dia malah membawa lari kerupuk jengkol yang Bang Emmet beli jauh-jauh di Tasik saat pulang kampung lebaran dulu. Sial. Kesalnya bukan main.

O ya, di Pulau Peucang ini kita juga bisa hiking ke hutan yang ada di belakang tempat penginapan. Hutannya masih asri, sejuk, tapi hati-hati. Banyak hewan liar juga di sini. Salah satu spot yang paling banyak dikunjungi saat trekking di hutan Pulau Peucang ini adalah Pohon Kiara, sebuah tumbuhan raksasa yang tingginya mencapai 20 meter lebih.




Bahkan saking tingginya, pucuk pohonnya saja tidak terlihat. Ya iya lah Bang, klo mau lihat pucuknya, ya dari jauh. Nah, yang namanya menginap di pulau terpencil itu paling menyenangkan adalah saat-saat menunggu sunset.


Sayangnya, sewaktu Bang Emmet ke sini, langit sedang mendung. Tapi ya okelah. Overall sangat memuaskan short getaway Bang Emmet kali itu.