24 jam lebih berlalu setelah gw vaksinasi Covid-19 gratis di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Setelah 24 jam berlalu ini, gw sama sekali nggak merasakan KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Eh, gimana ceritanya sampai dapat vaksin Covid-19?
Beberapa waktu lalu, ada pemberitahuan dari HRD kantor. Katanya, Kodim lewat Koramil setempat kantor gw, Koramil 06/Kelapa Gading, siap membantu karyawan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan yang bersangkutan untuk mendapatkan akses ke vaksinasi Covid-19.
Sebagai warga negara yang baik dan benar, patuh dan bertanggung jawab, tentunya gw ikut ambil bagian dong. Repot soalnya kalo urus sendiri.
Masalahnya, tempo hari, sempat nanya-nanya ke Polsek terdekat yang katanya juga menggelar vaksinasi untuk warga setempat. Ternyata sudah nggak gelar lagi dan diminta datang ke RT masing-masing untuk minta kupon. Padahal poster yang disebar via WA, masih di dalam periode tanggal vaksinasinya.
Sempat juga coba daftar dari website rumah sakit teredekat. Penuh juga. Hadeuh.
Posting WhatsApp sih bersebaran di mana-mana hampir setiap hari. Tapi setiap dicek tempat pendaftarannya, selalu sudah tutup, sudah penuh dan sudah tidak terima pendaftaran lagi. Ya sud lah. Kebetulan kan, ada Koramil yang bisa menyalurkan?
Meskipun cuma untuk karyawan saja, tidak untuk pasangan, ya sud lah ya. Daripada nggak. Semoga ada jalan supaya Ny. Emmet juga bisa dapat vaksin.
Anyway, dari Jumat sore kemarin, kita dibuatkan WhatsApp group untuk memudahkan koordinasi. Dan di dalamnya ada pak Babinsa yang jadi koordinator. Informasinya, Sabtu pagi jam 7.30 kita berangkat dengan 3 bus Transjakarta dari Koramil 06/Kelapa Gading ke Pintu H, Gelora Bung Karno.
Untungnya, karyawan yang lebih dekat ke GBK daripada ke kantor, boleh langsung datang ke GBK dan tunggu rombongan di sana. Alhasil, ke GBK lah gw, jam 7 pagi dari rumah. Sampai sana, jam 8 kurang udah di-drop bini. Dia langsung cuss karena gak ikutan vaksin.
Tanya punya tanya, ternyata vaksinasinya di dalam lapangan GBK. Dan untuk warga Jakarta Utara (karena kantor berlokasi di Jakarta Utara), disuruh masuk lewat gate 42 dan duduk lah gw di sana.
Setelah cari posisi santai, dekat pintu ke lapangan dan instagrammable, santai lah gw sejenak. Eeh, ternyata, ada pengumuman. Mustinya Jakarta Utara masuk lewat gate 41. Ya sud lah, bergeserlah gw. Balik lagi ke atas dan masuk lewat pintu Gate 41, karena antara bangku penonton di gate 42 dan 41 ada pagar. Kayaknya ini pagar yang suka dirubuhin supporter timnas atau tim sepakbola yang rusuh 😅
Pas antri gate 41, ternyata sudah ada rombongan kantor yang memang sedang antri untuk masuk gate 41 itu. Setelah diarahkan ke tempat duduk untuk menunggu, baru ngeh. Ternyata yang lain sudah dapat nomor antrian dan gw belom. Alamak.
Untungnya pak Babinsa sangat membantu sekali. Berhubung nama gw sudah ada di daftar dari kantor, gw langsung dikasih nomor. Urutan 2405 sudara-sudara. Alamak (lagi). Kebayang, dapat giliran disuntik jam 3 sore ini mah. Tapi ya sud lah. Yang penting dapat nomor antrian. Apa yang terjadi, terjadilah.
Sengaja gw duduk di jejeran kursi pinggir, supaya gampang kalo ada apa-apa. Mau ke toilet misalnya, gak usah permisi-permisi sama orang. Ehh, baru bengong-bengong sebentar, pak Babinsa teriak. Kelapa Gading, 10-10 dulu. Langsung aja, dengan pedenya gw samperin. Ternyata gw orang ke-8 yang mendekat.
"Pak ini nomornya," kata gw pasrah. "Gak usah pake nomor-nomor, pegang aja," katanya. Lha, aman kalo gitu 😁
Rejeki nih gw bisa langsung melenggang kangkung masuk ke lapangan. Sampai pinggir lapangan, dapat instruksi. "Nanti cari tempat duduk yang kosong dan antri untuk disuntik," kata pak petugas lainnya.
Sampe tenda antrian, lihat bangku kosong, duduk lah gw. Ternyata dibagiin form dan harus diisi dengan tulis tangan. Untung ada teman kantor yang bawa ballpoint. Gak lama, begitu meja suntik ada yang sudah selesai, gantian lah kita maju sesuai antrian kursi.
Interview sebentar, ditanya riwayat penyakit, alergi dan lain-lain dan memastikan kita sudah yakin akan divaksinasi Covid-19, kita dicatat lalu siap-siap disuntik di meja sebelah. Dan berhubung gw di sisi kiri, gw kebagian suntik di lengan kiri.
"Keras ya mas," kata mbak petugas suntiknya. Agak heran juga gw. Padahal olah raga kagak pernah, tapi tangan gw kenapa keras gitu ya. Apa gara-gara WFH jadi sering ngangkat galon Aqua? Anyway, diusapin alkohol, lalu disuntik (kayaknya). Kok kayaknya?
Iya, gw juga gak berani lihat jarum suntik nuncep dan isinya diinjeksiin ke tangan gw. Jadinya gw lihat lurus ke depan, gak ke tangan gw atau jarum suntik. Tapi kok gak ada rasa apa-apa. Tiba-tiba si mbaknya bilang, "Sudah pak."
Lha, gw reflek jawab, "Sudah bu?". Rada bingung mbaknya bilang, "Iya sudah."
Ya sud lah. Trus berkas gw dikembaliin dan ditulis area tempat gw harus antri lagi untuk didata dan mendapatkan kartu vaksinasi Covid pertama.
Sampai sana, antri lagi dan gak lama, gw serahin berkas. Tunggu sebentar, dipanggil lah. Kata mbak petugasnya, gw disuruh balik tanggal 27 Juli untuk vaksinasi kedua di puskesmas terdekat. Lalu ditanya, "Sudah 15 menit belum dari disuntik tadi?"
Kalau sudah, sudah boleh pulang.
Ya sud lah. Berhubung udah lewat 15 menit dari disuntik, ya pulang lah gw. Total jenderal, mulai dari dapat nomor sampe kelar suntik, 30 menit lah. Jam 9.50, gw udah potret kartu vaksinasi Covid-19 gw dan gw infokan di group WA sekalian ijin pulang duluan ke pak Babinsa yang jadi koordinator di group.
Ini mah lamaan bengong-bengong nunggu rombongan warga Kelapa Gading dateng. Tapi ya gpp lah. Untung juga datang pagi-pagi. Bisa foto-foto pemandangan dulu.
Ingin cerita lain gw soal Gelora GBK? Silakan cekidot di sini.
Kembali ke judul atas, apa itu KIPI? Kayaknya gw nggak merasakan efek KIPI sama sekali. Ini gw tulis 24 jam lebih setelah vaksinasi. Gw gak ngerasakan aneh-aneh. Padahal udah bela-belain beli parasetamol, insidal dan obat demam sesuai arahan mbak dokter tadi sebelum gw disuntik karena gw punya alergi dengan antibiotik dan makanan.
Kabarnya, KIPI itu ada 3 macam reaksi:
- Reaksi lokal: nyeri, bengkak, kemerahan di area bekas suntikan. Reaksi lokal yang terbilang parah yakni selulitis.
- Reaksi sistemik: demam, nyeri otot seluruh tubuh atau myalgia, nyeri sendi atau artralgia, lemas, dan sakit kepala.
- Reaksi lain yaitu alergi. Kondisi ini bisa berupa biduran (urtikaria), anafilaksis (alergi parah hingga sesak napas), dan pingsan.
Ketiga reaksi tersebut merupakan reaksi KIPI untuk semua vaksin. Baik Sinovac, Astrazaneca dan lain-lain, bisa membawa KIPI yang sama. Tapi di gw nggak.
Pening, nggak ada. Lapar? Ya lapar, soalnya tadi sampai rumah udah lewat jam makan siang. Ngantuk? Yaa biasa aja sih. Habis makan, kenyang kan emang itu penyakitnya.
Pegal-pegal, tempat disuntik kebas? Nggak juga. Apa jangan-jangan gw emang beneran nggak disuntik ya, kemaren itu? Nggak berasa soalnya CoronaVac ini efeknya. Tapi ya sud lah ya. Semoga manjur lah.