ASUS ExpertBook B3000. Laptop Paling Pas Buat Blogging

Beberapa waktu lalu, ASUS Indonesia merilis laptop dengan form factor yang unik yakni model 2 in 1 detachable untuk segmen commercial business. Produk yang bersangkutan adalah ASUS ExpertBook B3000. 

Sebenarnya form factor laptop ini nggak unik-unik amat. Laptop jenis serupa sudah pernah hadir sebelumnya di seri gaming dan juga consumer mainstream yakni dalam wujud ASUS ROG Flow Z13 ataupun ASUS Vivobook 13 Slate OLED.

Yang bikin dia unik adalah, laptop atau tablet yang satu ini menggunakan chip prosesor dari Qualcomm yakni Snapdragon 7c 2nd Gen Compute Platform. Chip prosesor tersebut terdiri dari 8 buah core dan 8 thread yang mengonsumsi energi 7 watt dan sudah sangat memadai untuk komputasi basic.

Performa chip yang bersangkutan diset sedemikian rupa sehingga sesuai dengan target market yang dituju oleh perangkat yang satu ini. Yakni pelajar dan pekerja mobile yang tidak terlalu butuh laptop berkinerja berlebihan.

Dari sisi sistem operasi, ASUS Expertbook B3000 juga sudah menggunakan sistem operasi Windows 11 terbaru namun dalam mode khusus yakni S Mode. Nah, apa bedanya dengan Windows 11 biasa?

S Mode Biar Nggak Lemod

Mari kita kutip penjelasan salah seorang juru bicara ASUS Indonesia saat ia memperkenalkan Expertbook B3000 dalam rangkaian roadshow pasca launch event resminya di Jakarta dan juga beberapa daerah lain seperti Medan dan Malang. Menurut juru bicara tersebut, gambaran Windows 11 S Mode itu kurang lebih seperti ini (mohon koreksi jika salah).

Windows 11 S Mode memiliki cara kerja yang serupa dengan cara kerja sistem operasi Android. Seperti diketahui, kalau Anda menggunakan perangkat berbasis Android, untuk menginstalasikan aplikasi, Anda perlu men-download-nya dari Google Play Store bukan?

Anda memang bisa melakukan root atau memberikan permission khusus agar Anda bisa mendownload file APK dari tempat lain secara tidak resmi. Namun Google tidak menyarankan hal tersebut demi keamanan perangkat Anda dan data-data Anda yang ada di dalamnya.

Nah, S Mode yang ada di Windows 11 ini punya fungsi serupa. Untuk dapat menginstalasikan aplikasi yang Anda butuhkan, Anda perlu mengunduhnya dari Microsoft Store. Aplikasi yang disajikan di sana dijamin dapat berjalan dengan lancar dan tidak lemot (lemot amat) pada perangkat Anda. 

Jika aplikasi yang Anda inginkan tidak ditemukan, atau ada notifikasi khusus, berarti Microsoft tidak menyarankan Anda untuk menginstalasikan aplikasi yang bersangkutan di perangkat berbasis Windows S Mode Anda tersebut. Artinya, sebaiknya Anda mencari aplikasi alternatif lain. Atau, ya berarti jenis pekerjaan yang ingin Anda lakukan tidak cocok untuk dikerjakan di laptop yang bersangkutan.

Sama juga halnya dengan me-root atau memberikan permission di Android, Anda juga bisa memilih untuk keluar dari S Mode untuk download dan menjalankan aplikasi yang Anda inginkan. 

Namun berbeda dengan Android, jika di Android Anda bisa un-root atau mengembalikan permission untuk tidak dapat mendownload dan menjalankan APK yang bersangkutan, di Windows tidak demikian. Sekali Anda keluar dari S Mode, Anda tidak akan bisa kembali, meski sudah Reset this PC.

Paling Bener Buat Blogger

Nah, kembali ke pembahasan perangkatnya, di judul saya menyebutkan bahwa ASUS ExpertBook B3000 ini merupakan laptop buat blogging. Kenapa?

Sebagai seorang blogger (meski angin-anginan), saya tentu butuh perangkat yang ringan, ringkas mudah dibawa kemana-mana. Perangkat tersebut juga harus mudah digunakan di mana-mana dan tentunya bisa digunakan untuk membantu saya melakukan apapun yang saya butuhkan terkait dengan saya sebagai seorang blogger.

Jujur saja, saya sudah jarang bermain game di laptop, apalagi sejak PES 2021 sudah tidak ada musuhnya di Steam. Dan kalau ingin benar-benar fokus bekerja, saya menggunakan Vivobook Pro 16X OLED yang punya performa tak kalah dengan laptop gaming sebagai daily driver. Malah layarnya sudah ASUS OLED. 

Toh kalau mau bermain game, saya lebih suka melakukannya di ROG desktop di rumah. Apalagi sejak siaran TV nasional beralih ke digital, saya jadi punya dumb TV 32 inci yang kini cuma bisa jadi monitor komputer lewat konektor HDMI.

Selain itu, ExpertBook B3000 ini sangat pas. Ukurannya ringkas hanya 10,5 inci. Tidak terlalu besar seperti Vivobook Slate 13 dan performanya sudah memadai, tidak terlalu berlebihan seperti performa Flow Z13 yang relatif overkill buat kebutuhan saya.

Lewat laptop ini, saya biasa mengetik secara offline, khususnya kalau sedang tidak terhubung ke internet. Dan setelah akses internet aktif, saya tinggal synchronize pekerjaan yang sudah saya lakukan lalu menyimpannya di Microsoft OneDrive yang kebetulan saya mendapatkan ruang cukup, sekitar 5TB. Jadi, offline storage laptop ini yang sebesar 128GB relatif jarang sekali digunakan untuk menyimpan pekerjaan.

Sebagai blogger yang kadang mengedit foto lalu mengedit video, laptop ini juga pas. Ia memang hanya punya 1 port USB Type-C dan audio jack 3,5mm. Namun port USB Type-C tersebut multifungsi. Bisa sebagai port charger, transfer data dari dan ke smartphone, sekaligus bisa juga dihubungkan ke proyektor.

Sebagai blogger ala-ala, saya biasa memotret dan juga merekam video lewat hape. Asyiknya, di laptop ini kita bisa: tinggal colok untuk transfer data, baik foto ataupun video.

O ya, saya juga sempat menggunakan laptop ini untuk melakukan video call lewat Zoom Meetings. Meskipun via web based, namun berkat kamera web 5MP yang tersedia di laptop, komunikasi jadi lebih menyenangkan karena wajah saya kelihatan lebih kinclong dibanding menggunakan kamera web laptop pada umumnya.

Intinya, dengan berbagai fitur yang tersedia pada laptop-tablet super ringkas ini, aktivitas blogging saya dapat berjalan dengan lancar jaya.

Baterai Aman Buat Jalan

Saat perjalanan ke Sumba Selasa, 27 Desember kemarin, sengaja saya membawa ASUS ExpertBook B300. Berangkat dari Jakarta dengan baterai penuh. Dan sebelum charger dicopot, saya set terlebih dahulu power management Windows bagian Screen and Sleep ke: Never Never Never Never.

Berangkat dari rumah sekitar pukul 4.30, sebelum boarding, saya sempat menyalakan laptop dan bekerja di bandara Soetta dari pukul sekitar 5.30 pagi. 

Ketika itu saya membuat key talking points untuk artikel blog ini, mengedit foto dengan Photos Legacy lalu mengedit video dengan Clipchamp. Selesai menjahit timeline, saya langsung render dan upload hasilnya ke Instagram lewat aplikasi Instagram yang ada di Windows 11. Ini hasil video Instagram Reels yang saya buat menggunakan Clipchamp di ExpertBook B3000. Lumayan lah ya.

Ketika di pesawat, saya lanjut membuat draft sambil menunggu sarapan roti yang disediakan oleh Batik Air. Dan ketika menu sarapan disajikan, tentunya saya istirahat sejenak dan langsung menutup laptop. Shutdown? Apa itu?

Ini kan ARM based technology. Jadi lebih hemat battery. Laptop gak perlu diset maty. Biarkan saja dia masuk ke modus hemat energy. Pokoknya pakai laptop iny, kita bebas worry. 

Saat transit di bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, saya lanjutkan membuat artikel sambil mendownload materi pekerjaan yang harus diselesaikan segera. Meskipun akses internet di bandara sedang lambat, untungnya saya sempat mengisi kuota Telkomsel untuk antisipasi.

Dan ketika berada dalam penerbangan dengan ATR menuju Tambolaka (pengalaman perdana nih), giliran waktunya saya me-review draft plan 2023 yang tadi di-download di bandara, lalu lanjut menulis artikel ini di meja bangku kabin. Ternyata, masih muat 😊

Intinya, relatif keras pekerjaan yang sudah dilakukan laptop ini, utamanya saat di bandara Soetta, melakukan video editing dan rendering. Namun demikian, sampai artikel ini dibuat sejauh sampai paragraf ini (masih di udara dengan ATR72-500 di pukul 15:27), baterai masih tersisa 61 persen lebih. 

Psst.. selesai mengetik sampai di paragraf ini, saya tutup dulu ExpertBook B3000-nya untuk motret-motret. Shutdown laptop? Nggak usah. Langsung lipat saja. Lanjut nanti.

Sampai di Sumba, kita check-in Ella Hotel di jalan Jenderal Sudirman, lalu kita langsung berangkat lagi untuk jalan sekaligus mencari makan malam. Di sini saya tidak sempat menyenggol-nyenggol ExpertBook B3000 dan membiarkan saja ia dalam kondisi idle dan saya tinggal di kamar.

Selesai makan malam dan kembali ke hotel, saya beristirahat dan belum juga bersentuhan dengan laptop-tablet tersebut. Saya memilih menggunakan laptop utama yakni ASUS Vivobook Pro 16X OLED karena ada cukup banyak tugas-tugas yang perlu diselesaikan malam itu juga.

Malam berlalu dan saat bangun pagi keesokan harinya, selesai sarapan sambil menunggu yang lain, kita buka lagi si ExpertBook B3000. Cek baterai, masih ada 29% padahal dari kemarin nggak shutdown. Ok, mari kita lanjut sampai dia mati kehabisan baterai.

Di hari itu, kebetulan saya ada kunjungan ke sekolah dasar di daerah Rada Meter, Kodi Utara, Sumba Barat Daya. Di sana, kita memperkenalkan kepada anak-anak sekolah tentang teknologi, khususnya laptop dan contoh cara menggunakannya.

Kebetulan, berhubung ASUS ExpertBook B3000 ini merupakan laptop yang sangat tepat untuk segmen pengguna yang dituju, kita juga menggunakan laptop ini untuk mendemonstrasikan pada anak-anak.

Asal tahu saja, sekolah yang kita kunjungi di sana belum ada aliran listrik dan mereka memanfaatkan genset. Namun fungsi utama gensetnya adalah untuk pompa air, karena air merupakan barang yang sangat langka di daerah tersebut. Baru setelah penampungan terisi penuh, sisa listriknya untuk operasional sekolah. 

Jangankan akses internet, sinyal operator pun tidak sampai ke sekolah tersebut. Sinyal (itupun hanya Telkomsel), hanya ada sampai di jalan besar menuju ke sana. Sekitar 500-1.000 meter menjelang sekolah, sinyal pun lenyap.

Nah, menurut saya, ExpertBook B3000 sangat sesuai untuk digunakan oleh anak-anak di kawasan seperti ini. Dari sisi masa aktif baterai, laptop bisa bertahan hingga sangat lama. Bisa mencapai 21 jam, tergantung apa yang dilakukan di laptop yang bersangkutan.

Dari sisi performa, Qualcomm Snapdragon 7c Gen2 compute platform pada laptop ini juga menawarkan performa yang lebih dari cukup bagi anak-anak sekolah tersebut.

Mereka bisa belajar cara mengoperasikan laptop, belajar mengetik, menulis dan bahkan menggambar dengan mudah, apalagi karena laptop ini memiliki layar sentuh (tentu saja karena ia juga berfungsi sebagai tablet) dan juga menyediakan stylus pen bawaan yang bisa diisi ulang selama 15 detik untuk pemakaian selama 45 menit.

Menyenangkan sekali melihat sambutan anak-anak ini terhadap teknologi, apalagi laptop. Mereka yang jarang-jarang melihat apalagi memegangnya langsung, sangat antusias ketika kita memperagakan bagaimana cara menggunakannya.

Kelebihan ASUS ExpertBook B3000 di atas, yang bisa digunakan untuk berbagai hal, lebih dari sekadar laptop biasa, juga menambah antusiasme dan keceriaan mereka saat bertemu dengan laptop ini.

Selesai bermain dan belajar dengan laptop, dan selepas makan siang, kita pun berpamitan. Sang ExpertBook B3000 pun kembali diselipkan ke dalam tas. Diselipkan dengan mudah karena ukuran laptop ini sangat ringkas. Shutdown? Nggak usah lah.

Di hari itu, saya dan rekan-rekan pun lanjut berkeliling menikmati berbagai keindahan alam pulau Sumba di berbagai spot wisata yang memang luar biasa.

Sekitar jam 18:57 WITA, kita sampai di hotel. Cek punya cek, baterai masih 18 persen. Gile juga. Berangkat 29 persen lalu tadi siang dia dipakai oleh anak-anak untuk belajar menggunakan laptop. Malam masih ada sisa.

Lanjut kerja? Nggak dulu deh. Kita mau hunting mencari kuliner malam Teras Sumba. Terkait ini, kita akan bahas di lain kesempatan, ataupun di lain platform. Untuk sementara, biarkan ExpertBook B3000 beristirahat di kamar hotel. Shutdown? Ya nggak lah.

Kembali ke kamar hotel, waktu menunjukkan pukul 00.05 WITA. Saat itu baterai tinggal 5 persen. Oke, waktunya kita melakukan pengisian ulang laptop. Ternyata, pengisian baterai dari 5 persen sampai penuh membutuhkan waktu sekitar 2 jam saja sampai penuh. Sebagai gambaran, charging dalam kondisi laptop nyala, brightness 20 persen (terang banget soalnya kalau 50 persen) dan tetap: Never Never Never Never. 

Kok giliran dari 18 persen sampai 5 persen, turunnya cepat? Ya karena saya biarkan laptop ini terbuka dalam kondisi layar menyala. Nggak dilipat dan disimpan.

Pengalaman Penggunaan

Overall, pengalaman yang menyenangkan travelling dengan ExpertBook B3000. Supaya lebih nyaman, saya bela-belain beli mouse bluetooth rechargable murah meriah di Tokopedia seharga Rp59.500. Maklum anak old school yang biasa kerja pakai mouse, senyaman apapun touchpad atau layar sentuh si laptop. Tanpa mouse, rasanya kinerja turun 50 persen. Wkwk.

Saat melakukan video editing, saya menggunakan Clipchamp bawaan Windows 11. Mengedit video dengan aplikasi ini sangat menyenangkan. Fungsinya banyak, bahkan ada beberapa transition yang nggak ada di Filmora 11 yang saya biasa pakai untuk membuat konten YouTube, IG video ataupun Tiktok. Clipchamp bahkan punya fitur text to speech yang sangat keren, jadi kita nggak usah voice over narasi manual pakai suara kita. Kekurangannya cuma satu. Clipchamp harus terhubung ke Internet untuk digunakan.

Alternatif untuk Clipchamp, Anda bisa men-download Video Editor basic dari Microsoft Store. Ada juga Photos Legacy yang bisa Anda gunakan untuk editing foto. Juga tersedia gratis dari Microsoft Store. Mau pakai aplikasi lain, ya silakan. Kalau saya, tiga itu cukup. Hanya Clipchamp saja yang butuh koneksi internet kalau mau dipakai. Lainnya bisa offline.

Yang menarik, berhubung laptop-tablet ini ukurannya ringkas, saya tetap masih bisa mengetikkan naskah artikel, mengedit foto ataupun video sambil duduk santai di kabin pesawat sekecil ATR72. Upload-nya, ya nanti pas udah mendarat. Intinya, saya makin mantap bilang laptop ini sangat cocok untuk blogging.

Kalau Anda bilang ExpertBook B3000 kurang kencang untuk Anda, silakan pilih ROG Flow Z13. Mahal? Katanya tadi mau kencang? Kalau Anda bilang ExpertBook B3000 kurang besar, silakan pilih Vivobook 13 Slate OLED. Ini ada di tengah-tengah ExpertBook B3000 dan Flow Z13. Nggak cocok? Berarti laptop ini bukan untuk Anda. As simple as that!