Berapa Nilai Investasi Anda Kalau Anda Membeli Saham, Setahun Kemudian?

Judul artikel kali ini kesannya agak berat. Tapi kalau Anda berpikir bahwa artikel ini adalah artikel serius, berisi panduan untuk investasi, analisis ataupun hasil riset dengan mengolah data historikal pasar selama bertahun-tahun, Anda keliru. 

Kalau itu yang Anda cari, langsung tutup saja tab browser halaman ini. Tapi kalau Anda cuma iseng-iseng punya waktu luang untuk ngintip contoh kasus berinvestasi saham di perusahaan IT di tahun awal 2022 dan bagaimana hasilnya di 2023, boleh lah lanjut.

Sebelum mulai, kita disclaimer dulu ya. Ini hanya merupakan eksperimen pribadi saya. Saya tidak menyarankan Anda untuk mengikuti langkah yang saya ambil. Kenapa? Lihat nanti di bawah. Yang pasti, do your own research sebelum membeli apapun. Termasuk membeli forex, saham, crypto dan seterusnya. 

Jangankan saham dan lain-lain, membeli mie instan di toko kelontong pun harus riset dulu kan. Tanggal berapa kadaluarsa-nya, apa bumbunya, atau sesimpel ini mie instan goreng atau rebus?

Oke, lanjut.

Di awal tahun 2022 lalu, sekitar minggu pertama Januari, saya sengaja membeli saham-saham perusahaan IT. Kenapa perusahaan IT? Yaa sebagai karyawan budak korporat yang sudah sekian puluh tahun kerja di industri IT (padahal baru 22 tahun, kesannya udah senior banget ya, wkwk) ya saya tahunya cuma perusahaan-perusahaan itu. 

Saham perusahaan yang saya beli pun bukan perusahaan IT abal-abal yang nggak jelas juntrungannya, yang baru IPO terus to the moon lalu langsung nyungsep. Saya beli saham perusahaan yang memang mengubah dunia teknologi dan umat manusia. Apa saja?

Daftar Perusahaan Teknologi Terbaik di Dunia

Microsoft (MSFT)

Siapa yang nggak kenal sama perusahaan yang satu ini. Anda pakai laptop? PC desktop? Kemungkinan amat sangat besar, sistem operasi atau aplikasi kerja Anda dibuat oleh perusahaan yang satu ini. Dengan sejarah panjang di industri teknologi, kecil kemungkinan perusahaan ini tutup meskipun diserang resesi. Ya kan?

Apple (AAPL)

Kalau Anda benci Microsoft karena OS-nya sering blue screen, atau Anda seorang kreatif yang butuh simplisitas, atau sekadar ingin tampil gaya, Anda pasti pakai device besutan Apple. MacBook, iPhone? Meskipun saya nggak suka sama perusahaan ini, tapi nggak mungkin bangkrut kan, perusahaan pembuat alat-alat gaul "trendsetter" itu? 

Google (GOOGL)

Yang satu ini rajanya internet. Palugada istilahnya. Berantem dengan Microsoft, di bidang sistem operasi PC, ayo. Berantem dengan Apple di bidang sistem operasi mobile device, gak takut. Jadi, ini bukan perusahaan main-main. Trus, siapa sih yang nggak Googling?

Qualcomm (QCOM)

Yang ini juga perusahaan raksasa di bidangnya. Anda pakai smartphone kan? Coba cek apa prosesornya. Kemungkinan besar sekali, smartphone tersebut menggunakan prosesor Qualcomm ataupun salah satu chip di dalamnya adalah besutan perusahaan yang satu ini. Jadi, mustinya sih aman lah.

Taiwan Semiconductor (TSM)

Mungkin Anda jarang mendengar perusahaan yang satu ini. Tapi jangan salah. Sebagian besar produsen prosesor komputer, smartphone atau perangkat pintar lainnya itu numpang bikin prosesornya ya di pabrik punya Taiwan Semiconductor (TSMC) ini. Jadi, selama orang masih butuh hape, laptop, komputer, mobil sampai perangkat modern apapun yang pakai chip prosesor, TSMC gak bakal bangkrut. Mustinya. Kecuali kalau umat manusia sepakat untuk kembali ke zaman batu.

Intel (INTC)

Yang satu ini, gak mungkin Anda nggak kenal. Anda mendarat ke website ini dari hape? Dari laptop atau PC desktop? Kalau dari laptop atau PC desktop, kemungkinan amat sangat besar, prosesor ataupun salah satu chip yang ada di sana, dibuat oleh Intel. Kalau dari hape, ya kecil kemungkinan. Tapi jangan salah Intel pun pernah membuat chip prosesor yang bisa dipasang di hape dan cukup fenomenal. Di jamannya. Tapi anyway, perusahaan yang satu ini merupakan salah satu raksasa lah, di dunia modern.

Nvidia (NVDA)

Perusahaan yang satu ini lagi jaya-jayanya di sektor chip grafis. Kompetitornya, yakni AMD dengan produk Radeon-nya agak sulit menyaingi teknologi VGA besutan Nvidia. Memang AMD berhasil menciptakan platform yang bagus untuk gaming dan juga konsol. Tapi untuk urusan kenceng-kencengan, GeForce masih sulit dikejar oleh Radeon. Beli sahamnya? Ya jelas dong.

Advanced Micro Devices (AMD)

Nah, buat Anda kaum mendang-mending, AMD merupakan pilihan yang tepat. Prosesor dan teknologi besutan perusahaan ini menawarkan price performance yang lebih baik dari kompetitornya (baca: Intel). Pangsa pasar platform AMD juga terus beranjak naik dari tahun ke tahun. Artinya, sahamnya layak beli.

Tesla (TSLA)

Yang satu ini agak melenceng dari industri teknologi komputer. Tapi, dengan semakin semaraknya kendaraan listrik dan berteknologi tinggi membuat Tesla menjadi sangat menarik. Ia punya banyak teknologi terdepan dibandingkan dengan kompetitornya di industri otomotif. Jadi? Sikattt.

Perbandingan Kinerja Emiten Teknologi Setahun Terakhir

Supaya adil, di awal Januari 2022, saya membeli semua saham perusahaan-perusahaan tersebut. Maksudnya, bukan semua sahamnya saya beli, tapi saham-perusahaan-perusahaan itulah yang saya beli untuk jadi modal perbandingan dan ilmu pengetahuan.

Supaya fair and square, masing-masing saham saya beli dengan nominal yang sama. Rp100.000. Yah elah, cuma segitu? Ya gpp. Ini kan sekadar demi ilmu pengetahuan. Padahal sih: dari manaaa duitnyaa?

Nah, kembali ke judul artikel di atas, Berapa Nilai Investasi Anda Kalau Anda Menanam Saham Setahun Kemudian? Nah ini dia:


Per hari ini, tanggal 2 Januari 2023, saham-saham tersebut ambyar semua. Wkwk. Penurunan terdalam didapat oleh Tesla. Dari investasi senilai Rp100.000 yang saya tanamkan di perusahaan milik mas Elon tersebut, saat ini saham yang saya beli nilainya tinggal Rp34.706 alias sudah turun sekitar 66%. Dahsyat!

Saham Microsoft saya yang paling mendingan, mengalami penurunan nilai yang hanya sekitar 21 persen saja selama setahun terakhir. Overall, seperti ini gambaran portfolio saham perusahaan IT saya.

Di luar teknologi, saya juga coba berinvestasi saham di industri lain. Tapi ya sama saja, ambyar juga. Btw, saya beli saham-saham itu pakai aplikasi Nanovest ya. Simpel, gampang dimengerti dan gampang juga untuk jual-beli sahamnya. Bisa buat jual beli crypto juga. 

Kalau ikut beli-jual saham dengan mudah, silakan klik di bawah ini: https://nanovest.onelink.me/dcRw/6vp0szr5

Oke, kesimpulannya. Tahun 2022 bukanlah tahun yang baik untuk industri teknologi. Pandemi Covid-19 yang belum benar-benar tuntas, menurunnya pertumbuhan ekonomi apalagi diperparah dengan perang Rusia - Ukraina yang berkepanjangan memberikan dampak berat bagi industri, termasuk teknologi. 

Tahun 2023 diperkirakan resesi global akan memburuk. Mari kita lihat. Awal tahun depan, tinggal kita bikin artikel yang sama persis dan lihat Rp100 ribu saja per saham-saham di atas jadi berapa.

Yang pasti, pesan dari saya, don't put all your eggs in one basket. Tapi yaa semoga kita punya eggs-nya. Kalo nggak, ya repot juga. Kapan-kapan, saya cerita soal eggs saya di basket yang satunya. Kalau udah sempat dan udah gak malu-maluin 😅